Senin, 30 Desember 2019

Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat

1. Perbedaan Kepentingan
       Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentinganya, yang bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupanya. Jika berhasil aka nada kepuasan dan sebaliknya jika gagal akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya sendiri maupun lingkunganya. 


Perbedaan lingkungan dan pembawaan individu akan menyebabkan perbedaan dalam kepentinganya, yang dapat berupa:
1. Kepentingan untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5. Kepentingan untuk dibutuhkan orang lain.
6. Kepentingan untuk mendapatkan kedudukan dalam kelompoknya
7. Kepentingan untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan untuk memperoleh kemerdekaan diri.


       Cara memandang masyarakat yang dapat menimbulkan pertentangan sosial atau konflik dibedakan menjadi empat, yaitu tinjauan dimensi psikologis, tinjauan ideologi dan perbedan kepentingan.

1. Secara psikologis, pertentangan sosial dapat dikatakan sebagai refleksi dari kondisi psikis manusia dalam kerangka interaksi sosialnya. Struktur energi psikis manusia terdiri dari id, ego, dan super-ego merupakan proses dinamik individu, dimana sering terjadi pertentangan antara kebutuhan dan keinginan ego dengan norma-norma yang dipegang oleh super-ego.

2. Secara ideologis, pertentangan sosial terjadi manakala kelompok-kelompok kepentingan berhadapan dengan satu kelompok elite penentu yang berusaha untuk menegakan suatu ideologi tertentu.

3. Secara politik, perbedaan kepentingan antar kelompok dapat menimbulkan konflik, melalui dua fase yaitu :
a) Dis-organisasi yang terjadi karena kesalah-pahaman akibat pertentangan antara harapan dengan standar normatif yang menyebabkan sulitnya penyesuian diri suatu kelompok dengan norma yang ada.
b) Dis-integrasi (konflik), yaitu pernyataan tidak setuju dalam berbagai bentuk seperti timbulnya emosi massa yang meluap, protes, aksi mogok, pemberontakan dan lain-lain.

2. Prasangka dan Diskriminasi
       Prasangka dan diskriminasi mempunyai dasar pribadi yang mana setiap orang miliki. sejak kecil unsur sikap permusuhan antar manusia sudah nampak. Melalui proses belajar dan semakin banyaknya manusia membuat sikap mereka cenderung membeda-bedakan, dan ini menimbulkan prasangka. Sikap adalah kecenderungan untuk berespons (meliputi perasaan atau pandangan), baik secara positif maupun negatif, terhadap orang, objek, atau situasi. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Sikap memiliki beberapa komponen, yaitu :
1. Kognitif, artinya memiliki pengetahuan mengenai objek, terlepas pengetahuan itu benar atau salah.
2. Afektif, berarti akan selalu mempunyai evaluasi emosional mengenai objek.
3. Konatif, berarti cenderung bertingkah laku bila bertemu dengan objek.

       Orang yang berprasangka pasti akan bersikap diskriminatif, prasangka menunjuk pada sikap sedangkan diskriminatif menunjuk pada tindakan.
       Sebagian besar prasangka bersifat apriori, tidak berdasarkan pengalaman sendiri karena merupakan hasil peniruan pola orang lain. Prasangka bisa diartikan sebagai suatu sikap yang terlampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlalu cepat, berat sebelah dan dibarengi penyederhanaan terhadap suatu realita, jika prasangka diserati agresivitas dan rasa permusuhan, dan tidak bisa disalurkan secara wajar, biasanya orang akan mencari “kambing hiam” objek untuk melampiaskan segenap frustasi dan rasa-rasa negatif, yang biasanya sasaranya adalah kelompok sosial yang lemah, golongan minoritas atau anggota kelompok luar.

Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1. Pendekatan historis dengan latar belakang sejarah.
2. Didasrkan atas teori pertentangan klas, menyalahkan klas rendah yang inferior dan klas atas dianggap memiliki alas an (justification) untuk berprasangka (negative, jelek) terhadap klas rendah.
3. Bersumber dari faktor kepribadian.
4. Berlatar belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan, dan agama, politik, ekonomi, dan ideologi.
5. Pendekatan fenomenologis
6. Pendekatan native.

Prasangka ini lebih menyoroti objek prasangka dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
Usaha untuk mengurangi / menghilangkan prasangka dan diskriminasi antara lain:
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi,
2. Perluasan kepentingan belajar,
3. Sikap terbuka dan lapang,
4. Mengadakan kontak di antara pihak-pihak yang berprasangka,
5. Bermain peran (role playing).

3. Ethnosentrisme
      Setiap suku bangsa atau ras tertentu memiliki ciri khas kebudayaan yang sekaligus menjadi kebanggaannya, suku dan ras tersebut dalam kehidupan sehari-hari akan bertingkah laku sejalan dengan norma-norma, nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan menganggap kebudayaan mereka sebagai sesuatu yang prima, riil, logis sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala sesuatu yang dianggap bertentangan akan dianggap tidak baik ini disebut dengan ethnosentrisme, yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan sendiri sebagai segala sesuatu yang terbaik. Ethnosentrisme ini dapat menjadi penyebab utama kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

4. Pertentangan Sosial
Konflik (pertentangan) memiliki tiga elemen dasar, yaitu :
1. Terdapat dua atau lebih unit yang terlibat dalam konflik.
2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, nilai, sikap, maupun gagasan-gagasan.
3. Terdapat interaksi diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut.
Konflik dapat terjadi di lingkungan yang paling kecil, yaitu individu sampai kepada lingkungan yang luas, yaitu masyarakat. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dicegah timbulnya.
Konflik tidak langsung menimbulkan ketegangan. Konflik dibagi menjadi konflik laten dan konflik manifest.
1 1. Konflik Laten
Yaitu konflik yang belum diwujudkan secara terang-terangan karena pertentangan masih dapat dirasionalkan sehingga untuk sementara harapan ego masih dapat diendapkan.
2 2. Konflik Manifest
Disebut juga konflik overt, yaitu konflik yang ditunjukan secara terang-terangan ini merupakan kelanjutan dari konflik laten yang melibatkan fungsi-fungsi afektif.
Konflik yang menimbulkan ketegangan dibagi menjadi konflik mikro (diadik) dan konflik makro (kolektif).

5. Integrasi Sosial (Integrasi Masyarakat)
       Integrasi adalah suatu proses dan hasil kehidupan sosial dan merupakan alat yang bertujuan untuk mengadakan suatu keadaan kebudayaan yang homogen. Integrasi sosial (Integrasi Masyarakat) diartikan adanya kerjasama dari seluruh angota masyarakat.
Integrasi adalah proses mental dalam pembentukan atau penentuan sikap dimana seseorang akan mengikuti tahapan aspek-aspek sikap yaitu :
1. Aspek Kognitif
Yaitu sikap yang berhubungan dengan gejala mengenal alam pikiran yang berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang kelompok obyek tertentu.
2. Aspek Afektif
Berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti simpati, antipasti, takut, benci, dan sebagainya yang ditujukan pada objek tertentu.
3. Aspek Konatif
Yang berwujud kecenderungan untuk berbuat sesuatu terhadap objek.

6. Integrasi Nasional
Integrasi nasional merupakan masalah yang dialami oleh semua negara yang ada di dunia. Yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapi. Bebrapa permasalahan integrasi nasional antara lain :
1. Adanya cara pandang yang berbeda tentang pola laku duniawi dan cara untuk mencapai tujuan, yang bersumber dari perbedaan ideologi karena perbedaan falsafah hidup.
2. Kondisi masyarakat yang majemuk
3. Masalah territorial daerah yang seringkali berjarak cukup jauh.
4. Kehidupan dan pertumbuhan partai politik. Indikator pertentangan politik di Indonesia misalnya terjadinya demonstrasi, kerusuhan, serangan bersenjata, meningkatnya angka kematian akibat kekerasan politik, pemindahan kekuasaan eksekutif yang bersifat ir-reguler.






Daftar Pustaka : 
1. https://pendidikankita17.wordpress.com/pertentangan-pertentangan-sosial-dan-integrasi-masyarakat/
2. https://mkizbudin.blogspot.com/2018/01/pertentangan-sosial-dan-integrasi.html

0 komentar:

Posting Komentar